DEADSQUAD

DEADSQUAD
Diberdayakan oleh Blogger.

LOGO BLACK METAL

LOGO BLACK METAL

LOGO BEND DI INDONESIA

LOGO BEND DI INDONESIA
\m/

BURGERKILL

BURGERKILL
RSS

ADA BEBERAPA BAND YANG BERKEMBANG DI INDONESIA

 jasad

BUKAN HANYA SUKSES MEMBANGUN SCENE, MEREKA JUGA SUKSES MEREKONSTRUKSI SUDUT PANDANG BARUDAK BANDUNG TERHADAP BUDAYA LELUHUR.

RASANYA akan basi jika membahas Jasad hanya dari kacamata musik mereka. Itu karena musik yang mereka mainkan sudah tak punya lagi celah untuk dikritisi. Waktu dan jam terbang telah mengantar Jasad pada level musikalitas di atas rata-rata sehingga apa pun yang mereka rilis sudah menjadi jaminan kualitas.
Jasad sekarang bukan hanya dikenal sebagai band pengusung brutal death metal garda depan. Jasad adalah ikon suksesnya sebuah akulturasi antara budaya barat dan lokal. Merekalah yang meretas konvensi menyelipkan unsur budaya Sunda di antara kebrutalan dan kebisingan metal. Tak heran bila Jasad dianggap bukan hanya tonggak penting scene Bandung Underground. Jasad juga jadi tiang pancang sebuah dekonstruksi kecenderungan di mana memakai atribut budaya lokal adalah juga sebuah kebanggaan.
Banyak literatur yang beredar di dunia maya menyebutkan Jasad didirikan tahun 2000. Namun, Jasad sebenarnya sudah ada sejak 1990. Formasi awal Jasad terdiri dari Yuli, Tito, dan Faried. Tahun 1992, mereka mengalami pergantian personel setelah Faried keluar. Dengan formasi kedua yang terdiri dari Yuli, Tito, Hendrik, dan Abut, mereka merilis dua singel yang direkam secara live, yakni Life ‘n Die dan Fuckin’ Education.
Line up Jasad kembali berubah pada 1994. Yayat, Yadi Behom, dan Dani masuk menggantikan Hendrik, Tito, dan Abut. Praktis hanya Yuli satu-satunya personel asli yang masih tersisa. Dengan line up Yadi Behom (vokal), Yayat (gitar), Yuli (bas), dan Dani (drum), Jasad mengeluarkan EP C’est La Vie yang dirilis Palapa Records. Mini album tersebut berisi tiga lagu yakni Belenggu, Riuh, dan Technological Principal. Lagu yang terakhir disebut tercantum dalam kompilasi paling bersejarah, Independent Rebels yang dirilis tahun 1997.
Jasad ditinggalkan Yadi Behom pada 1998. Setahun kemudian giliran Yayat yang cabut. Sebagai gantinya, Jasad menggamit Man dari Injected Sufferaged dan Ferly dari Forgotten. Dengan formasi Man (vokal), Ferly (gitar), Yuli (bas), Dani (drum), Jasad berkibar sebagai salah satu band death metal paling berpengaruh di tanah air.
Sempat merilis EP Ripping the Pregnant, mereka akhirnya melakukan pencapaian luar biasa saat mengeluarkan album bertajuk Witness Of Perfect Torture pada 2001. Album ini dirilis Rottrevore Records dan kemudian dirilis ulang Forever Underground.
Nama Jasad sendiri dicetuskan Yuli, sang basis. Yuli mengaku nama itu ia dapat ketika suatu saat melihat seseorang mengenakan baju bertuliskan Jasad. Nama itu kemudian ia jadikan band yang dibentuknya.
Line up Man, Ferly, Yuli, dan Papap, sanggup bertahan salama satu dekade. Memasuki tahun 2011, Jasad melakukan pergantian personel di posisi drum. Itu pun karena terpaksa setelah Papap mengalami kecelakaan yang cukup parah. Jasad kemudian menggelar audisi.
Dulu ketika Yuli memilih nama Jasad karena alasan ingin memberi kesan seram tapi tetap dalam bahasa Indonesia. Namun, sekarang mereka punya makna sendiri untuk nama band mereka. “Bagi saya Jasad bisa berarti jang sadayana atau jang sadunia,” seloroh Man.
Bahkan sejak 2008, Man mengartikan nama Jasad dengan akronim yang lebih edan yakni: Jarang Ada Satria Abadi di Sini’,” jelas Man
Apa pun, banyak parameter yang bisa dijadikan penanda bahwa Jasad sangat layak ditahbiskan sebagai band deathmetal paling berpengaruh untuk scene bawah tanah. Bukan hanya di Bandung, tapi juga tanah air


burgerkill


Wall of Death.!!! itulah yang terlintas di benak kita apabila apabila mendengar nama band yang satu ini. Burgerkill adalah salah satu band metal asal Ujungberung yaitu tempat berkembangnya komunitas metal yang paling kental di kota Bandung.

Band ini sudah terbentuk pada bulan mei 1995, mereka mengambil nama dari sebuah restoran cepat saji di Amerika yaitu Burgerking yang mereka parodikan menjadi Burgerkill.

Burgerkill sempat mengalami musibah dikarenakan wafatnya sang vokalis Ivan ‘scumbag’ Firmansyah akibat radang otak pada tanggal 27 Juli 2006. Walaupun sempat terpuruk, Burgerkill perlahan bangkit dengan segera mencari sosok pengganti Ivan sebagai frontman Burgerkill.

Setelah melewati proses audisi yang cukup panjang, akhirnya terpilihlah Vicky sebagai frontman baru Burgerkill untuk melanjutkan perjalanan karir mereka.

Burgerkill membuka awal baru dengan merilis album Beyond Coma and Despair pada tahun 2006, dan melakukan berbagai tour di kota-kota besar seperti Jawa dan Bali.

Setelah sukses dengan tournya, Burgerkill juga sempat mengisi event musik internasional bersama band-band metal berkelas dunia seperti The Black Dahlia Murder, Mastodon, Himsa, dan As I Lay Dying





black metal



Black metal diawali oleh band Venom pada tahun 1982 lewat album berjudul Black Metal, lalu diikuti oleh band-band seperti Bathory, Mayhem, Mercyfull Fate, Hellhammer/Celtic Frost. semua band ini dipengaruhi Venom. Band Black metal masih cenderung bermain Thrash metal. Pada awal 80an sampai 90an, Black metal sangat berkembang di daerah Skandinavia oleh band di atas tadi. Jenis musik metal ini juga termasuk jenis metal underground. Black metal mempunyai Sub-genre bernama NSBM, Black metal Neo-Nazi, dua komunitas tersebut termasuk yang berpengaruh di komunitas Underground.
Band yang terkenal dari jenis musik ini adalah Dimmu Borgir, Cradle of Filth, Dark Funeral, Emperor dan Immortal.

Berikut ini gaya dan ciri-ciri permainan band-band Black Metal:

Gitar

  • Cepat, di dalam Rhytm gitar yang cepat, terselip melodi gitar yang samar-samar dan lama-lama berubah menjadi Alternate picking dan tremolo pick
  • Distorsi yang banyak memainkan Power chord.
  • Seteman gitar sama persis seperti Death metal. Di Drop D atau Drop C atau lebih rendah lagi.

Drum

  • Double bass drum sangat tipis jika dimainkan, sangat bertenaga, kadang bersama-sama dengan pukulan Snare Drum dengan gaya meledak-ledak (hentakan keras). Kadang kita hanya akan mendengarkan bass drum yang berbunyi sedetik.
  • Kadang, drum juga bisa bermain sangat lambat, Tergantung suasana musik.
  • Bahkan ada kalanya band-band seperti Burzum atau Xasthur sering tidak menggunakan drum dibeberapa lagu.
  • Beberapa band menggunakan drum mesin untuk performa lebih baik.

Lirik, Vokal

  • Lirik dinyanyikan dengan vibra di tenggorokan . Bernuansa kikir, setan yang mengingatkan kepada penyiksaan, dan ini sudah menjadi standar band-band Black Metal.
  • Ada yang dinyanyikan bersatu seperti simponi. Lalu band-band Black metal menamakanya Symphonic Black Metal
  • Banyak juga yang sering dinyanyikan laki-laki dan perempuan seperti lagu-lagu simponi Gregorian.
  • Sering ada efek di vokalnya dan membuat suara seperti Atmospher.
  • Lirik sering mengambil kata-kata yang berbau setan, penyembahan berhala, dewa-dewa kuno, tema gaib yang mengutuk agama Kristen (Anti Kristus).
  • Lirik bertema perang, udara dingin, kegelapan, hutan, dan lingkungan alami di eropa.
  • meminum darah segar membuat suara menjadi lebih serak atau hanya sebagai atribut aliran musik tersebut.

Keyboard

  • Biasanya setingan keyboard, biola, choir, dan organ menyerupai setelan musik gereja supaya meniru suara Kathedral dan orkestra yang terasa sejuk, dingin, samar dan menyedihkan.

Performa

  • Tidak suka bermain live dan lebih cenderung bermain gaya. Beberapa band Black Metal seperti Darkthrone menolak untuk bermain live. Banyak juga solo Black Metal seperti Clandestine Blaze, Burzum, Leviathan dan Xasthur juga menolak bermain live karena mereka terdiri dari 1 anggota. Tetapi satu band seperti Satanic Warmaster, bermain bersama musisi ekstra secara khas demi/untuk maksud kinerja live.
Jumlah band dengan seorang line-up penuh, seperti Borknagar, Immortal, Emperor, Cradle Of Filth, Gorgoroth,Hellgods,Impish,Unseen Darkness, Neurotic of Gods, Nosferatu, Kasedan Jati, Ritual Orchestra, Bandoso, Impiety dan Dark Funeral memainkan konser langsung.
  • Rata-rata band ingin terlihat tampil se-mengerikan mungkin.
  • Kebanyakan band mengecat muka mereka menyerupai mayat (Corpse Paint), dan ini telah menjadi standar musik Black Metal.

Gelombang Pertama

Bibit Black Metal ditanam diawal 80'an yang dikenal sebagai "Gelombang Pertama", ilham paling awal diawali oleh band-band dari Inggris. Lewat band dari britania raya, Venom lewat album debutnya 'Welcome to Hell. Setelah perpecahan dari NWOBHM Metal lebih cenderung mengalami masa dimana band-band lebih mementingkan masa depan gaya dari pada suara/sound.
Gaya pakaian/busana seragam bisa juga mirip yang dipunyai band-band Black Metal; Pantalon kulit, spiked aksesori pergelangan, dll. Personil band juga bisa memakai nama-nama samaran seperti yang dipakai oleh band tersebut: Venom, Mayhem, Graveland, Godkiller, dll.



Tiga Titik Hitam Scene Underground Indonesia




23032013 TITIK HITAM scene underground indonesia
Prabowo Setyadi
Musik underground bagai awan berarak, tertiup angin dan menjatuhkan air segar di tengah kebosanan musik yang mendayu-dayu. Dari luka, putus asa, dan kesunyian bertansforma menjadi pekik kebebasan.
Perkembangan scene Underground di Indonesia dimulai pada decade tahun 90-an. Dengan dasar untuk mendapatkan kebebasan berekspresi dalam bermusik, mereka bergerilya membuat gigs-gigs musik.
Musisi yang jauh dari hingar bingar musik Indonesia itu pelan-pelan bergerak. Mulai dari panggung kelurahan, Agustus-an, dari tepi kota kini menusuk dan berdenyut di jantung anak muda. Kemunculan musik underground mengisi ruang kebebasan anak muda, membebaskan dari rasa takut sejak zaman kediktatoran Soeharto hingga sekarang yang pemimpinnya mencla-mencle.
Dari sepuluh, 12 orang dan jumlah pecinta musik keras ini terus bertambah, seperti awan yang menggumpal beriringan tertiup angin. Terus mencari bentuk.
Perkembangan scene Underground di Indonesia tidak lepas dari pengaruh budaya musik di Eropa dan Amerika. Sex Pistol, Black Flag, NOFX, Rancid, Casualties, G.B.H, Ramones, Bad Religion, dan yang lainnya. Band-band panutan ini menginspirasi musisi underground di Bandung.
Di Bandung muncul, Sonic Torment, Jasad, Necromancy, Puppen, Jeruji, Keparat, Sendal Jepit, Runtah, Turtle Jr, dan yang lainnya. Termasuk Burgerkill yang saat ini menjadi Ikon musik Underground di Indonesia. Keberadaan Burgerkill yang mampu menembus pasar musik mainstreem pada tahun 2003 ketika diminta oleh Sony Music Entertainment Indonesia untuk bekerja sama seakan mendobrak stigma kalau musisi atau Grup Band underground dilarang untuk bekerja sama dengan major label.
Kerjasama tersebut terbukti tidak mematikan semangat Do It Yourself (DIY) anak-anak Burgerkill dalam berkarya.
Eben, Frontman dari Burgerkill mengatakan apa yang dilakukan oleh Burgerkill waktu kerjasama dengan Sony adalah murni karena semangat untuk menyebarluaskan musik underground secara nasional. Merkea butuh mediasi yang lebih luas untuk menularkan virus underground.
Polanya hanya berbeda dari treatment pasarnya saja. Kalau dari segi kualitas musik dan lirik malah lebih baik di scene underground daripada di mainstreem.
“Sebenarnya berdiri masing-masing. Cuma treatment pasarnya kan berbeda-beda. Mainstreem ada RBT [ring back tone], video klipnya diputar di tv nasional, dan distribusi secara nasional. Kalau Market kita lebih suka nongkrong. Tapi bukan nongkrongin tv,”ujar eben.
Eben menilai tidak ada yang berubah dengan pangsa pasar musik di Indonesia sampai saat ini. Begitu juga selera musik di Indonesia sampai sekarang masih stagnan dan membosankan. “Keberadaan scene musik underground di pangsa pasar musik Indonesia itu berdiri sendiri.”
“Kalo dari market musik ekstrem, musik ini sudah punya kerajaan sendiri. Kita tidak peduli dengan apa yang terjadi di mainstreem. Kita lihat saja siapa yang lebih kuat. Massa yang berbicara soalnya,” jelas Eben.
Ketika ditanya bagaimana Burgerkill mampu meramu antara semangat DIY dan nilai jual scene musik underground.
”Sebetulnya strateginya sama. Apapun produknya sebelum dikeluarin kita harus riset. Kecendrungan pasar seperti apa. Attitude konsumennya seperti apa. Dan itu selalu kita review setiap kita mau merilis sebuah produk. Contohnya, seperti merhandise. Kalo mau dibilang, band-band musik mainstream juga tidak menjual merchandise lebih kencang daripada musik metal. Malah mungkin mereka lebih sulit.”
Sejarah mencatat dari jaman Black Sabbat, Iron Maiden, dan Metalica. Fans musik yang paling loyal adalah fans musik heavy metal. Itu yang membuat band seperti Metalica, Black sabbat, dan Iron Maiden masih bisa hidup dan produktif ya karena mereka punya fans yang kuat.
“Jadi kalo mau maju harus bisa memelihara fans, produk, propaganda, dan strategi. Kalo mau jadi band yang mau survive, jadi band harus pinter. Bukan hanya band yang maen musiknya paling kenceng.”





DAN MASIH BANYAK LAGI BAND-BAND YG BERKEMBAG DI INDONESIA YANG TIDAK SAYA BUAT PADA BLOG SAYA...!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BEBERAPA JENIS GERAKAN YANG ADA DALAM MUSIK UNDERGROUND

UNDERGROUND VS IDEALISME

Kata “underground” pada periode tahun 1990-2004 sempat popular, dan jadi basis sayap kiri bagi kalangan musisi independen. Di Bandung basis kelompok musisi indie, kata underground diterjemahkan sebagai bawah tanah, dengan arti khusus kebebasan buat berkarya.

Kami menyebut underground sebagai spirit bermusiknya. Di Bandung underground nggak ada yang istilah paling hebat. Jadi, semua bersaing. Semua memiliki kubu dan massa masing-masing. Beda dengan di Jakarta, dulu ada satu grup yang menjadi pimpinan underground – Salah satu penyiar Radio MGT FM Bandung -
Karena kata underground sering diartikan salah, maka bagi sebagian musisi dan masyarakat awam, kata underground diartikan sebagai band-band pembawa lagu-lagu keras. Banyak band-band yang sekarang bernaung di major label, background aslinya adalah band indie juga. Untuk sebagian band indie tidak masalah bertransformasi menjadi sebuah band berstatus major label dan khawatir kehilangan penggemar fanatik mereka ketika mereka masih berstatus band indie, pencapaian sebuah band indie yang bertransformasi menjadi major label adalah lebih merupakan sebuah titik kesuksesan dalam karir musik mereka, karena apabila berbicara major label, maka secara tidak langsung akan berbicara mengenai “rezeki”, dimana sebuah band yang berstatus major label mempunyai kesempatan dan peluang yang lebih untuk dikenal dan “menjual” musik mereka kepada khalayak umum, tapi ini  bukan berarti indie label tidak menjanjikan sebuah masa depan yang bagus.
Aliran musik dalam “underground” bisa sangat beragam, load voice, midlle voice sampai musik yang “kalem” pun dapat dikatakan sebagai underground, yang penting adalah semangat dalam menyuarakan idealisme musik mereka yang tidak boleh dilupakan. Karena idealisme musik ini lah yang akan memberikan warna-warna tersendiri bagi band-band indie tersebut.
Kita dapat ambil contoh, ketika kita mendengarkan beberapa buah lagu yang terdengar mempunyai aliran yang sama seperti : you know you are right oleh Nirvana, enter sandman oleh metallica dan freak on the leash oleh Korn. Dasarnya kita tahu bahwa ke tiga lagu tersebut sama-sama terdengar load voice, sama-sama dimainkan dengan peralatan musik yang tidak jauh beda jenisnya, tapi kalau kita amati lebih dalam pasti ada banyak perbedaan yang mencolok dari ke tiga nya, apalagi kalau bukan idealisme dari masing-masing musik yang mereka bawakan. Hal ini juga lah yang dapat membedakan jenis musik dan aliran apa yang mereka mainkan. Begitu pula dengan undergound, klo selalu di deskripsikan dengan musik yang keras, tentunya itu salah besar.
Tidak dapat dipungkiri memang kata “underground” lebih dekat dengan jenis musik metal. Jenis musik ini memang jauh dari incaran perusahaan rekaman besar yang biasa disebut major label. Bahkan ada pendapat agak seperti berikut;
Kalau band indie masuk major label, pasti konsep bermusiknya jadi beda, karena harus disesuaikan dengan pasar, dan tak dapat beridealis ria lagi
Berbicara mengenai idealisme, sebagian besar band-band indie mengusungnya baik dalam karya lagu, pementasan bahkan ada yang membawa idealisme tersebut dalam kehidupannya sehari – hari.
Berbagai macam jenis idealisme yang di usung band-band indie tersebut, diantaranya adalah : Idealis terhadap isu anti kemapanan, Idealis terhadap isu anti major label, Idealis terhadap isu sosial, politik dan ekonomi bahkan ada yang lebih extrem yaitu Idealis dengan atheisme atau tidak percaya terhadap adanya Tuhan
Banyak band-band indie yang sejak awal sudah idealis salah satunya “alergi” sama major label, dan tak mau menawarkan lagu-lagu karyanya. Padahal banyak contoh menarik tentang band-band indie yang masuk major label, seperti Netral, Pas, Jun Fan Gung Foo dan Sucker Head.
Kemudian dalam keluarga underground alias independen itu, ada jenis musik yang beragam seperti : industrial-techno, hardcore, brutal death metal, punk, hardrock, ska, alternative, black metal dan lainnya


UNDERGROUND VS INDIE

Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah indie atau underground di Indonesia. Sebagian orang memandang istilah underground semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang sell-out, entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih elastis dan misalnya, lebih cocok bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh meninggalkan istilah ortodoks “underground” itu tadi. Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial.



BANDUNG IS THE CITY OF “UNDERGROUND”

Salah satu kota di Indonesia yang dapat dikatakan sebagai home base atau “rumah-nya” para musisi-musisi underground atau indie di tanah air berasal dan bermula adalah kota Bandung. Menarik untuk dicermati bahwa kata “underground” di kota Bandung sudah sangat “kental” artinya dengan musik-musik keras atau heavy metal.
Bahkan tingginya apresiasi masyarakat lokal dalam mengartikan musik underground sebagai musik-musik beraliran keras membuat kota Bandung masuk jajaran lima besar komunitas underground terbesar dalam skala internasional setelah Amerika, Jerman, Inggris dan Belanda.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan orang luar negeri tentang subkultur di Bandung, ternyata Bandung memiliki animo yang cukup besar terhadap musik underground, hingga menempati posisi ke lima komunitas terbesar underground di dunia. (Reggi Kayong Munggaran – pengamat musik underground)
Reggi kemudian menjelaskan bahwa, besarnya animo masyarakat, anak muda khususnya, terhadap musik underground merupakan kecenderungan yang aneh. Begitupun menurut negara-negara lain penganut subkultur yang sama. Musik underground sendiri, lanjut reggi, merupakan budaya cangkokan. Dimana dalam proses pencariannya membentuk kultur memberdayakan dirisendiri dan komunitas. Berangkat dari pemikiran itulah, para pelaku musik underground memiliki etos kerja ”Do it Your Self”.
Karena musik underground merupakan musik subkultur BUKAN musik mainstream, dimana tidak semua orang bisa menikmati, tidak semua orang bisa melihat. Sehingga untuk tetap menjaga eksistensi musik ini harus dilakukan sendiri.
Grup underground membuat konser sendiri, show sendiri, kecenderungannya lebih eksklusif karena kapitalisme sudah mengakomodasi musik itu sendiri. Kalau musik seperti ini siapa yang mau mendengar, studio mana yang mau membuat rekaman. Kecuali oleh orang-orang yang memiliki kecintaan terhadap musik underground.
(Reggi Kayong Munggaran – pengamat musik underground)
Reggi mengatakan, dari sekian banyaknya grup musik underground di kota Bandung, sudah banyak yang melebarkan sayap ke luar negeri, seperti Eropa. Hal itu bisa terjadi ketika ada orang asing yang tertarik melihat subkultur di kota Bandung, sehingga mereka pun melakukan penggalangan dana untuk membawa musik underground Bandung bermain di dunia internasional. Menyinggung mengenai pandangan masyarakat tentang musik underground yang seringkali diidentikkan dengan kekerasan Reggi menuturkan, para pelaku musik underground pasrah tapi tidak cenderung apatis. Untuk mencairkan opini masyarakat, mereka seringkali mengadakan kampanye anti kekerasan.
Namun, apresiasi tersebut sekejap seakan-akan “tenggelam” seketika akibat tragedi berdarah yang memakan 10 korban jiwa yang terjadi pada salah satu konser band underground di kota Bandung yang bernama Beside. Beside merupakan satu dari sekitar 200 grup musik underground yang ada di kota Bandung.
Meski konser launching album grup band underground, Beside, memakan 10 korban. Konser tersebut pada kenyataannya berlangsung lancar, tanpa dibumbui perkelahian pada awalnya.
Ketika show sudah berjalan selama setengah jam pertunjukan berjalan lancar, sama sekali tidak ada perkelahian ataupun perusakan seperti yang diberitakan oleh media. (Daby – drummer Beside)
Daby menjelaskan, ketika pertunjukan usai, penonton yang ada di dalam bergerak menuju keluar. Sementara pengunjung yang ada di luar berpikir bahwa pertunjukan masih berlangsung. Sehingga akhirnya kedua arus pengunjung itu bertemu dan berdesakan di satu titik yang menyebabkan tewasnya 10 orang. Sepengetahuan Daby, menurut pengelola AACC kapasitas maksimal AACC adalah seribu orang. Maka pihak panitia hanya membuat 800 ratus tiket termasuk undangan untuk mengantisipasi terjadinya ledakan pengunjung.
AACC merupakan tempat yang paling memadai, setelah tidak diperbolehkannya lapangan Saparua digunakan petunjukan musik underground. (Daby – drummer Beside)
Tidak bermaksud untuk mendiskreditkan band Beside terkait tragedi yang terjadi pada konser mereka, terlebih musik underground di kota Bandung, namun pada realitanya kata “underground” masih diidentikan sebagai musik yang cenderung keras dengan diwarnai oleh adanya aksi moshing oleh para penggemar musik underground di setiap konser musik underground diadakan.


UNDERGROUND AND MOSHING

Moshing memang identik dengan musik-musik cadas atau keras seperti musik underground salah satunya. Mereka para penikmat musik cadas atau musik-musik underground mengekspresikan musik tersebut dengan sebuah tarian reflek seperti body slamming, headbanging, dan crowdsurfing yang dilancarkan secara agresif. Salah satu alasan yang dapat diterima atas adanya aksi mosing tersebut mungkin karena musik underground memang musik yang memiliki adrenalin tinggi.
Sejatinya Moshing adalah tarian khas untuk menikmati genre musik yang agresif, seperti hardcore punk, heavy metal, dan termasuk juga underground. Pada tahun 2000an, macam moshing makin banyak, seperti Thrashing, atau lebih yang ekstrem Wall Of Death, dan biasanya dilakukan di area depan panggung yang disebut sebagai moshpit atau simply pit. Dalam Wall Of Death, peserta diarahkan menjauh dari pusat kawasan berdiri atau bisa dikatakan membelah menjadi dua area oleh anggota band, kemudian setelah band memainkan awal lagu berikutnya, kedua belah pihak tegak lurus ke tahap sprint satu sama lain dan bertabrakan di tengah.
Berikut adalah macam-macam jenis moshing :
  • POGO DANCE
Pogo merupakan gerakan melompat ke atas dan ke bawah, sambil tetap di lokasi yang sama. Pogo dance sering dilakukan oleh pemain dan penonton pada pertunjukan punk rock. Pogo Mob adalah sebuta untuk sekelompok orang yang melakukan pogo dance pada gigs punk. Ini adalah cikal bakal dari “mosh pit”.
  • STAGEDIVING 
Stage diving adalah melompat dari panggung ke kerumunan crowd. Jika crowd padat biasanya orang yang melakukan stage diving akan tertahan oleh orang yang dibawahnya dan malakukan CROWD SURFING (bergerak diatas dari orang ke orang). Walaupun terlihat konfrontatif dan Ekstrim, stage diving sering dilakukan di setiap acara hardcore punk.
  • HEADBANGING
Gerakan menghentakkan kepala keatas dan kebawah yang mengikuti tempo dan ritme musik. Biasanya headbanging dilakukan pada musik rock dan heavy metal.
  • SKANKINGDANCE
Skanking terdiri dari gerakan kaki mengikuti irama musik dengan posisi badan membungkuk sambil mengayunkan siku kiri dan kanan. Skanking sering dipraktekkan dalam musik ska, ska punk, hardcore punk, reggae, grime, dub, dubstep dan musik lainnya.
  • CIRCLEPIT
Crowd yang bergerak berlarian membentuk lingkaran biasanya berlawanan arah jarum jam. Dapat juga dilakukan dengan gerakan Skank dance. Circle pit dimulai oleh beberapa orang sebagai tanggapan terhadap kecepatan musik dan irama. Gerakan ini konon di ambil dari semangat ritual suku indian dikala memanggil hujan.
  • HEADWALK/STEPAHEAD
Berlari dari panggung lalu melompat dan mencari pijakan untuk melangkah dari kepala satu ke kepala berikutnya.
  • WALLOFDEATH
Sebelum musik dimulai crowd terbagi menjadi 2 bagian, yaitu kanan dan kiri dengan batas jarak beberapa meter yang dikosongkan. Dan begitu musik mulai dimainkan, crowd yang terpisah akan langsung berlari dengan kecepatan yang tinggi ke tengah-tengah dan saling menyatu dengan crowd yang lainnya. Gerakan ini di artikan tentang simulasi bentrok antara demonstran dan aparat keamanan yang saling menyerang di tengah aksi demonstrasi.
  • HARDCORE DANCE:
    • 2-Step
      Yaitu gerakan menggerakan kaki kebelakang-kedepan secara menyilang dan mengayunkan tangan seirama dengan musik, seperti skanking dance.
    • BACKWARD KICKS / SPIN KICKS
      Gerakan menendang sambil berputar gerakan ini pun di kenal juga dengan sebutan KUNGFU DANCE.
    • PICKING UP CHANGE
      membungkukan badan dan gerakan tangan seperti mencabut rumput.
    • PUNCHING THE MIDGET
      Membungkukan badan seperti picking up change, namun gerakan tangannya seperti memukul kebawah secara bergantian
    • WINDMILL
      Mengayunkan kedua tangan secara bergantian kearah belakang.
    • AIR PUNCHS dan POINTING FINGER
      Mengepalkan tangan keatas seperti memukul dan menunjuk biasanya pada saat sing a long.


BANDUNG IS BECOMING THE CITY OF “SILENT UNDERGROUND”



Tidak dapat dipungkiri memang, musik underground dan aksi moshing di dalamnya identik dengan kekerasan dan kebrutalan, tapi tidak dapat dipungkiri juga bahwasannya hal tersebut merupakan sebuah seni dalam ber-ekspresi. Setiap manusia mempunyai kebebasan dalam mengekspresikan dirinya, termasuk memilih musik apa yang akan dimainkan dan didengar.
Tingginya apresiasi masyarakat Bandung dalam mengartikan musik underground sebagai musik-musik beraliran keras membuat kota Bandung masuk jajaran lima besar komunitas underground terbesar dalam skala internasional setelah Amerika, Jerman, Inggris dan Belanda. Namun hal itu tampaknya kini hanya tinggal sebuah penggalan sejarah di masa lalu.
Musik underground berkabung di kota Bandung pasca insiden yang merenggut 10 nyawa dalam salah satu konser band underground pada tahun 2008 yang lalu. Bandung is the city of underground, sontak berubah menjadi Bandung is the city of “silent underground”.
Tidak mudahnya mendapatkan izin menggelar konser musik underground bagi para musisi-musisi underground dari pemerintah kota Bandung pasca tragedi tersebut dalam perkembangannya membuat musik underground di kota Bandung seakan-akan benar-benar mati. Jarang terdengar lagi teriakan-teriakan dari sudut-sudut kota yang berisikan sejuta pesan tentang kehidupan dan kritik sosial, jarang terdengar lagi tarian-tarian moshing yang dapat mengeksperisikan kebebasan dalam berseni dan mengungkapkan apa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Sebuah gelaran konser tunggal oleh salah satu band rock besar yang mengawali karir musiknya melalui dunia musik underground di kota Bandung, KOIL, pada 24 Februari 2011 di Sabuga ITB Bandung tahun lalu, diharapkan dapat menjadi pemicu bangkitnya band-band underground lainnya yang sudah lama “bungkam” akibat kondisi dan situasi yang memaksa mereka untuk berteriak dalam kesunyian.
Semoga suatu saat musik underground di kota Bandung dapat benar-benar kembali bangkit dan berteriak kembali.
Musik Underground adalah ekspresi dari sebuah seni, seni adalah sebuah penemuan dari proses pencarian jati diri, apabila suatu seni tidak dapat di ekspresikan lagi, entah kemana jati diri akan dapat ditemui. – anonymous -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SEJARAH MUSIK UNDERGROUND

Awal Mula
 

 

Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah albumketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.
Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.

Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS